C-reactive Protein (CRP) sebagai Protein Fase Akut

, , Leave a comment

Protein fase akut adalah protein dalam darah yang dihasilkan di hati yang mengalami perubahan konsentrasi sebagai respon terhadap infeksi, jejas, dan inflamasi. Protein fase akut ini berperan penting dalam pertahanan tubuh terhadap proses peradangan, yaitu dengan cara opsonisasi, netralisasi ensim proteolitik yang dikeluarkan netrofil, klirens sisa-sisa sel rusak, dan penyembuhan luka.

Pembentukan protein fase akut oleh hati saat terjadi peradangan (gambar diambil dari Kawthalkar SM, 2010)

C-reactive protein (CRP) merupakan salah satu protein fase akut disamping fibrinogen, ferritin, haptoglobin, dan berbagai protein yang lain. Diberi nama C-reactive karena pertama kali ditemukan terikat pada bagian C-polisakarida dinding sel Streptococcus pneumoniae.

CRP adalah protein fase akut yang paling awal meningkat saat terjadi peradangan, dengan peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan protein lain dan kadarnya cepat kembali normal setelah pengobatan berhasil. CRP juga tidak dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, hormon, obat-obatan, kehamilan,  suhu, kadar protein darah, anemia, dan morfologi sel darah merah. Beberapa keuntungan ini menjadikan CRP menjadi pilihan dalam mendeteksi terjadinya respon fase akut dibandingkan protein lain.

Pemeriksaan CRP digunakan untuk menentukan terjadinya peradangan dan luasnya, serta untuk melihat keberhasilan terapi. Beberapa kegunaan CRP:

  1. Kasus infeksi: kadar CRP meningkat pada infeksi bakterial dan pemeriksaan serial digunakan untuk melihat respon pasien terhadap terapi antibiotik.
  2. Kasus infeksi setelah pembedahan: CRP meningkat 4-6 jam setelah operasi, mencapai puncak 2-3 hari, kembali normal pada hari ke-7. Jika CRP tidak mencapai kadar normal, kemungkinan terjadi infeksi
  3. Menilai tingkat keparahan penyakit radang seperti rheumatoid arthritis
  4. Kasus infark miokard: CRP meningkat 24-48 jam, puncak 72 jam, kembali normal hari ke-7. Jika CRP tidak mencapai kadar normal curiga re-infark
  5. Skrining ada atau tidaknya penyakit organik

Nilai normal CRP <8 mg/L. Perlu diingat, nilai normal ini berbeda tiap laboratorium, tergantung dari metode yang digunakan. Nilai normal CRP perlu dibedakan dengan Hs-CRP (highly sensitive CRP) yang nilainya jauh lebih kecil. Hs-CRP akan saya bahas di tulisan terpisah.

Semoga bermanfaat.

Sumber:

Kawthalkar SM. 2010. Essentials of Clinical Pathology. Jaypee Brothers Medical Publisher Ltd; 218-219.

 

Leave a Reply