Beberapa hari yang lalu saya mendapat kiriman dari teman SpPK Banjarbaru di grup Whatsapp. Foto tersebut menunjukkan gambaran cairan pleura yang telah dicat Wright. Pada dua foto yang dibagikan tersebut tampak tiga sel yang tidak biasa ditemukan di cairan pleura, dengan ukuran yang besar, inti homogen (kabur), dengan inti netrofil melingkari inti tersebut. Ketiga sel ini adalah sel lupus erythematosus (LE), dimana ditunjang dengan klinis pasien, yaitu adanya gambaran ruam kupu-kupu pada wajah dan nyeri sendi, mengesankan kecurigaan systemic lupus erythematosus (SLE).
Sel LE pertama kali ditemukan tahun 1948 oleh Malcolm Hargraves dan Robert Morton pada preparat sumsum tulang bersama dengan ditemukannya sel Tart. Dinamakan sel LE karena khas ditemukan pada pasien yang telah didiagnosis atau masih dicurigai SLE. Pada sel LE, inti difagositosis dan dicerna oleh netrofil matur, membentuk gambaran inti yang homogen berisi bahan inti yang telah lisis dan adanya autolisis pada satu atau lebih lobus netrofil.
Sel LE jarang ditemukan di darah tepi, walau kadang bisa ditemukan pada preparasi buffy coat. Sel LE lebih sering ditemukan pada cairan sendi, cairan serebrospinalis, cairan efusi perikardium, dan cairan efusi pleura.
Walaupun pemeriksaan untuk SLE sudah berkembang dengan penggunaan pemeriksaan tes ANA dan anti-dsDNA, sel LE masih dianggap sebagai sel paling penting oleh sebagian ahli rematologi dalam dunia kedokteran. Fenomena sel LE dalam perjalanan penyakit SLE menunjukkan keterlibatan autoantibodi dan komplemen dalam memfagositosis inti sel.
Sel LE diperiksa dengan cara menghitung sel sekitar 500 netrofil atau selama 10-15 menit. Apabila tidak ditemukan, bisa dilaporkan sebagai negatif.
Semoga bermanfaat.
Sumber:
Hepburn AL. The LE cell. Rheumatology 2001; 40:826-827
Pisetsky DS. The LE cell: crime scene or crime stopper? Arthritis Res Ther. 2012; 14(3): 120
Leave a Reply