Pemeriksaan malaria dengan mikroskop atau dengan rapid diagnostic test (RDT) direkomendasikan untuk semua pasien yang dicurigai menderita malaria. RDT malaria sangat bermanfaat terutama di daerah dengan pelayanan mikroskopis kurang memadai. Hal ini meningkatkan penggunaan RDT sebagai sarana diagnostik malaria baik di daerah endemis dan non endemis.
Berbagai macam RDT malaria (Gillet et al., 2011)
Metode pemeriksaan RDT malaria adalah imunokromatografi yang mendeteksi antigen Plasmodium dalam darah dengan menggunakan reaksi antigen-antibodi pada strip nitroselulose. Kompleks antigen-antibodi terkonjugasi menjadi emas koloid, dan hasil positif terlihat sebagai garis berwarna merah atau ungu-merah.
Tiga jenis antigen parasit malaria yang dipakai sebagai target, adalah:
- HRP-2 (Histidine Rich Protein-2): hanya dihasilkan oleh P. falciparum (stadium tropozoit dan gametosit muda).
- pLDH (pan Lactate Dehydrogenase) Stadium seksual dan aseksual parasit malaria dari keempat spesies plasmodium yang menginfeksi manusia menghasilkan enzim pLDH. Selain pLDH-pan terdapat pada semua spesies, juga ada pLDH spesifik untuk masing-masing spesies, yaitu pLDH-pf, pLDH-pv, dan pLDH-pvom.
- Pan Aldolase: dihasilkan ke empat spesies Plasmodium yang menginfeksi manusia.
Kebijakan penggunaan RDT malaria di Indonesia
- Pada puskesmas terpencil di daerah endemis, yang belum dilengkapi dengan mikroskop atau sarana laboratorium.
- Di Rumah Sakit, dimana penderita datang di luar jam kerja rutin.
- Pada Puskesmas daerah endemis malaria yang mempunyai fasilitas rawat inap dan digunakan di luar jam kerja rutin.
- Pada daerah dengan KLB malaria; untuk diagnosis cepat, guna menentukan kebijakan selanjutnya.
- Pada daerah pengungsian karena bencana alam atau hal lainnya baik di daerah endemis malaria, atau pengungsi yang berasal dari daerah endemis malaria.
- Perlu diingat bahwa RDT malaria ini tidak dapat menggantikan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis.
Performa RDT Malaria
- Sensitivitas RDT bervariasi tergantung merk yang dipakai.
- Rekomendasi WHO, pada jumlah parasit P. falciparum > 100/µℓ darah, sensitifitas >95%. Pada jumlah parasit < 100/µℓ darah, maka sensitivitasnya dapat menurun.
- Sensitivitas Rapid Test terhadap non falciparum (pLDH atau p-Aldolase) dilaporkan lebih rendah dibandingkan dengan P.falciparum (HRP-2).
Kelebihan RDT dibanding Pemeriksaan Mikroskopik :
- Lebih sederhana dan mudah diinterpretasikan, dan tidak memerlukan pelatihan khusus seperti pada pemeriksaan mikroskopik.
- Lebih obyektif, variasi dari interpretasinya adalah kecil antara pemeriksa yang satu dengan yang lainnya.
- Dapat mendeteksi P.falciparum pada waktu parasit bersekuestrasi pada kapiler darah (hal ini dapat tidak terdeteksi dengan pada pemeriksaan mikroskopik).
- Berguna pada kondisi KLB dan survei prevalensi, karena waktu pemeriksaannya lebih cepat
Kekurangan RDT dibanding Pemeriksaan Mikroskopik:
- RDT single yang menggunakan HRP-2 hanya dapat digunakan untuk mendeteksi P.falciparum.
- RDT HRP-2 masih memberikan hasil positif sampai 2 minggu setelah pengobatan, walaupun secara mikroskopik tidak ditemukan parasit. Hal ini dapat membuat rancu dalam menilai hasil pengobatan.
- Harga RDT lebih mahal dari pada pemeriksaan mikroskopik.
- RDT bukan pemeriksaan yang bersifat kuantitatif sehingga tidak dapat digunakan untuk menilai jumlah parasit.
- Kit yang ada tidak dapat membedakan infeksi antara P.vivax, P.ovale, dan P.malariae. Selain itu tidak dapat membedakan antara mixed P.falciparum dengan infeksi tunggal P.falciparum saja.
Semoga bermanfaat
Sumber:
- Gillet et al. 2011. Malaria rapid diagnostic kits: quality of packaging, design and labelling of boxes and components and readability and accuracy of information inserts. Malaria Journal 10:39
- Kemenkes RI. 2017. Pedoman Teknis Pemeriksaan Malaria.
- WHO. 2006. The Use of Malaria Rapid Diagnostic Tests
KOMENTAR TERBARU