Leukemia limfositik kronis atau CLL merupakan kasus leukemia paling sering ditemukan, terutama pada ras Kaukasia dengan gambaran klinis yang heterogen, dari tanpa gejala sampai agresif dan mengancam jiwa. Kasus CLL ini di Indonesia sering ditemukan mulai dari tanpa gejala saat dilakukan medical check up sampai dengan gejala berat yang membutuhkan perawatan intensif.
Di negara maju, pada pasien dengan CLL sudah dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memprediksi prognosisnya, di antaranya pemeriksaan FISH untuk melihat penyimpangan sitogenetiknya berupa adanya mutasi del 17p, del 11q, del 13q dan trisomi 12; pemeriksaan RT-PCR untuk melihat mutasi IGVH; dan pemeriksaan flowsitometer untuk melihat CD38 atau protein ZAP70. Tentunya berbagai pemeriksaan ini sulit dikerjakan di negara berkembang seperti Indonesia karena tidak adanya fasilitas pemeriksaan. Salah satu pemeriksaan yang terjangkau, mudah dikerjakan, dan dapat diandalkan untuk menggantikannya adalah dengan menghitung smudge cells.
Smudge cells memiliki nama lain smear cells, basket cells, atau shadows of Gumprecht. Awalnya gambaran ini dianggap sebagai artefak yang tidak diperhatikan yang disebabkan oleh interaksi antara kaca preparat dengan sel CLL.Pada penelitian selanjutnya diketahui bahwa smudge cells terbentuk berhubungan dengan protein vimentin pada sitoskeleton sel leukemik, dimana semakin rendah ekspresi protein vimentin maka sel leukemik makin mudah pecah dan smudge cells makin banyak. Smudge cells memiliki korelasi yang baik pada berbagai pemeriksaan biomarker prognostik yang telah disebutkan sebelumnya, dimana jika banyak ditemukan smudge cells maka prognosisnya lebih baik dibandingkan pasien dengan smudge cells yang sedikit. Dengan menggunakan cut off 30% dari penelitian oleh Nowakowski et al, 2009, smudge cells dianggap signifikan jika prosentasenya lebih dari 30% dari total limfosit. Cara menghitungnya adalah dengan rumus sebagai berikut:
Prosentase Smudge Cells (%SC) = Jumlah SC /200 (limfosit + SC) x 100
Dari rumus di atas, yang dihitung hanyalah jumlah limfosit dan smudge cells saja sampai 200 sel, sedangkan sel-sel yang lain diabaikan.
Contoh:
pada satu preparat apusan ditemukan 35 smudge cells dan 165 limfosit, maka prosentase smudge cellsnya adalah
%SC= 35 / (165+35) x 100 = 17,5%.
Dengan menggunakan cut off 30%, maka pada contoh kasus ini memiliki nilai prediktif prognosis yang lebih buruk karena memiliki prosentase smudge cells kurang dari 30%.
Semoga bermanfaat.
Sumber:
Grzegorz S. Nowakowski, James D. Hoyer, Tait D. Shanafelt, et al. Percentage of Smudge Cells on Routine Blood Smear Predicts Survival in Chronic Lymphocytic Leukemia. J Clin Oncol. 2009 Apr 10; 27(11): 1844–1849.
Leave a Reply