Serum separator tube (SST) atau vakutainer bertutup kuning saat ini sudah banyak digunakan di berbagai laboratorium Patologi Klinik untuk pemeriksaan kimia klinik dan imunologi. Vakutainer ini memiliki keuntungan:
- Mempercepat pemisahan serum dengan sel darah
- Meningkatkan stabilitas serum
- Mengurangi manipulasi sampel
- Memberikan jumlah serum yang lebih banyak
- Mengurangi kontaminasi sampel
- Mempermudah penyimpanan sampel
Berat jenis gel pada SST (1,04 g/cm3) berada di antara berat jenis serum (1,026-1,031 g/cm3) dan sel darah (1,092-1,095 g/cm3), sehingga pada saat disentrifus, gel memposisikan diri di antara serum dan sel darah. Gel ini berfungsi juga sebagai penghambat molekul dan protein yang dilepaskan sel bercampur ke serum.
Pada beberapa kasus dapat terjadi peningkatan berat jenis serum melebihi berat jenis gel, sehingga gel bergerak mengambang di atas serum. Prevalensi dari fenomena ini sekitar 0,05%, dan terutama ditemukan pada kasus mieloma multipel. Beberapa kemungkinan penyebabnya adalah terjadinya peningkatan viskositas serum akibat tingginya protein monoklonal, hambatan pembentukan fibrin oleh paraprotein, dan peningkatan berat jenis serum.
Fenomena ini dapat menyebabkan masalah pada laboratorium yang sudah menerapkan prinsip full otomatisasi, dimana sampel yang telah disentrifus, tanpa melalui pemeriksaan secara visual oleh petugas laboratorium langsung masuk ke alat kimia klinik. Probe alat yang seharusnya menghisap serum ternyata menghisap gel, yang dapat menyebabkan kebuntuan dan kerusakan alat.
ATLM sebagai pelaksana pemeriksaan harus waspada akan masalah ini, dengan memeriksa secara visual semua sampel yang akan dimasukkan alat. Jika menemukan sampel seperti ini, maka yang bisa dilakukan adalah melakukan pengambilan sampel ulang dan sampel langsung diputar dengan kecepatan yang lebih tinggi. Jika masih ditemukan gel yang mengambang, serum bisa dipipet dan dipindahkan ke tabung yang lain. Cara lain adalah dengan menggunakan tabung tanpa aditif (vakutainer bertutup merah).
Dokter Spesialis Patologi Klinik (SpPK) sebagai pelaksana ekspertise dan konsultasi, jika menemukan kasus seperti ini ditambah dengan adanya rasio albumin dan globulin terbalik, harus memikirkan kemungkinan gamopati monoklonal. Secara proaktif SpPK seharusnya berdiskusi dengan klinisi yang merawat pasien tentang diagnosis kerja dan menyarankan pemeriksaan lanjutan yaitu elektroforesis protein dan aspirasi sumsum tulang, sehingga diagnosis mieloma multipel bisa ditegakkan lebih awal.
Semoga bermanfaat.
Sumber:
Chakraborty S , Chowdhury SR, Krishnan P, et al. 2014. Improper serum separation on gel tubes: a trivial laboratory problem or an indicator of monoclonal gammopathy ? Clin Chem Lab Med.
Gerin F, Ramazan DC, Baykan O, Sirikci O, and Haklar G. 2014. Abnormal gel flotation in a patient with apperant pneumonia diagnosis: a case report. Biochemia Medica 24(1):180–2
Maire B and Schluter K. 2017. A Problem with the Separating Gel in a Blood Sample Tube in a Patient with Multiple Myeloma. Dtsch Arztebl Int 114: 507.
Leave a Reply